strategi pemasaran kesehatan
Tugas kelompok
Strategi pemasaran
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang Digerakkan oleh
Pelanggan Menciptakan Nilai bagi
Pelanggan Sasaran
Di susun oleh :
ayu puspita sari
70200113126
70200113126
JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS ILMU KESEHATAN DAN KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
2015/2016
KATA
PENGANTAR
Puji sanjung dan syukur kami sampaikan pada Sumber dari segala Ilmu
Pengetahuan, Sang Maha Kuasa Allah SWT, yang telah memberikana kami
nikmat kesempatan dan kesehatan di rumah sakit sehingga dapat menyelesaikan
makalah dalam bentuk yang sangat sederhana ini. Tak lupa shawalat serta salam
kami curahkan pada Baginda Besar yang telah menyebarkan agama Islam yang sudah
terbukti kebenaranya dan semakin terbukti kebenarannya Rasulullah Muhammad SAW.
Kami menyadari bahwa makalah Strategi
pemasaran dalam pelayanan kesehatan di Rumah
Sakit yang Digerakkan
oleh Pelanggan Menciptakan Nilai bagi Pelanggan Sasaran ini masih jauh dari
tingkat kesemmpurnaan,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dimasa yang akan datang. Kami juga sangat
berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami, baik dalam segi motivasi,
penulisan, dan output dari penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas amal yang telah diberikan
kepada kami dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan
masyarakat pada umumnya. Amiin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Strategi
manajemen Pemasaran yang digerakkan oleh
pelanggan merupakan salah satu masalah
bagi setiap rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lainnya. Kurang
berhasilnya pemasaran diantaranya akibat kurangnya rumah sakit berpihak pada
kepentingan klien. Karena apa yang telah di sampaikan saat dipasarkan sering
kali tidak sesuai dengan apa yang didapatkan klien pada kenyataan, dan tentunya
akan menimbulkan image yang tidak baik untuk rumah sakit tersebut.[1] Hal ini, salah satu diantaranya karena rumah sakit
cenderung mencari keuntungan semata sehingga lebih memperhatikan aspek
komersialnya. Akibatnya pasienlah (selanjutnya disebut klien) yang pada
akhirnya sering dirugikan. Hal ini dikarenakan klien tidak memiliki bargaining
position yang kuat.
Sudah menjadi rahasia umum dan kita seringkali mendengar berbagai keluhan masyarakat yang merasa
tidak puas atas pelayanan kesehatan yang mereka terima, baik dari dokter maupun
rumah sakit. Keluhannya beragam. Ada yang karena dokter sering telat menangani
klien, bahkan hingga kliennya meninggal. Ada pula pasien yang harus antre dan
menunggu giliran dipanggil sampai harus berjam-jam. Bagi masyarakat golongan
ekonomi lemah, ketidakpuasan terhadap buruknya pelayanan kesehatan, baik yang
mereka terima dari dokter maupun rumah sakit, sering diterima dengan pasrah.
Sementara itu bagi orang kaya, ketidakpuasan atas pelayanan demikian, sudah
cukup memberi alasan bagi mereka untuk berobat ke dokter atau rumah sakit luar
negeri meski harus dengan biaya yang jauh lebih tinggi. Kecenderungan
masyarakat golongan mampu saat ini, yang pergi berobat ke luar negeri, atau
bagi masyarakat kurang mampu yang mencari pengobatan alternatif. Merupakan
indikator adanya penurunan kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan konvensional.
“Senang atau tidak, harus diakui sekarang semakin
berkembang penilaian dan sikap di lapisan tertentu di masyarakat yang lebih
mempercayai pemberian layanan kesehatan di luar negeri”.[2]
Strategi
pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam kesehatan di rumah
sakit merupakan serangkaian tujuan, sasaran dan kebijakan serta aturan yang
memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran dari waktu ke waktu pada
masing-masing tingkatan serta lokasinya. Pasar untuk suatu produk atau jasa
perpelayanan kesehatan di rumah sakitkan sangatlah luas, sehingga sebuah
perusahaan atau pelayanan kesehatan di rumah sakit tidak begitu mudah untuk
memasuki pasar yang demikian luas dan kalaupun bisa kemungkinan berhasil sangat
kecil, apalagi untuk membuka usaha-usaha baru.pasar yang luas perlu
dipilah-pilah untuk mempermudah perusahaan dalam melakukan kegiatan
pemasarannya.
Dalam
kegiatan memilah-milah pasar ini dikenal dengan sebutan segmentasi pasar.
Segmentasi pasar akan memberikan kemudahan kepada pelayanan kesehatan di rumah
sakit/perusahaan dalam menentukan pasar sasaran atau konsumen yang akan dituju.
Segmentasi pasar dan dapat dilakukan
berdasarkan geografi, demografi, psikologi, atau berdasarkan perilaku. Setelah
dilakukan segmentasi pasar maka langkah selanjutnya adalah menetapkan pasar
sasaran (targeting). Kegiatan penetapan pasar sasaran ini setelah pasar disegmen
menjadi beberapa bagian.
Penetapan
pasar sasaran harus dilakukan dengan berbagai pertimbangan sesuai dengan
kemampuan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Sehingga harus dilakukan secara
berhati-hati, sebab bila salah perhitungan maka akan fatal resiko yang akan
ditanggung. Dalam melakukan penetapan pasar sasaran dimulai dari evaluasi
terhadap segmen yang ada, kemudian akan dilakukan pemilihan segmen yang
dianggap memenuhi syarat.[3]
Kemudian langkah terakhir adalah menetapkan posisi pasar (positioning). Penentuan
posisi pasar harus dilakukan pula secara hati-hati dengan pertimbangan yang
matang. Penentuan posisi pasar dapat dilakukan atas dasar atribut, kesempatan
penggunaan, kesempatan pengguna, kelas produk, dan atau langsung menghadapi
pesaingnya.
1.
Bagaimanakah Strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam pelayanan
kesehahatan di rumah sakit yang Digerakkan oleh klien ?
2.
Bagaimanakah
Menciptakan Nilai pelayanan
kesehatan bagi klien Sasaran?
1.
Untuk
mengetahui strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit dalam
pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
digerakkan oleh klien.
2.
Untuk
mengetahui cara menciptakan nilai-nilai pelayanan kesehatan bagi pelanggan atau klien sasaran.
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian pemasaran menurut kotler dan amstrong,
adalah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan
keinginana pelanggan.
Menurut
lancaster dan Raeynolds, pemasaran adalah proses perencanaan dan melaksanakan
konsepi, memberi harga,promosi, dan distribusi gagasan dan service untuk
membuat penukaran yang memuaskan tujuan perorangan maupun organisasi.
Menurut
kotler dan amstrong, konsep pemasaran merupakan pencapaian organisasi
terrgantung pada pengetahuan akan kebutuhan dan keinginan target pasar dan
memberikan kepuasan yang diinginkan dengan lebih baik dari pesaing.[4]
Menurut Kotler (1997), pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial
yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain. Sedangkan rumah sakit sebagai salah satu penyedia
pelayanan kesehatan merupakan institusi yang penting untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.[5]
Dengan kata lain, Strategi pemasaran dalam pelayanan
kesehatan di rumah sakit adalah serangkaian tujuan dan sasaran , kebijakan dan
aturan yang memberi arah kepada pemasaran perusahaan dari waktu ke waktu, pada
masing-masing tingakatan dan acuan serta alokasinya, terutama sebagai tanggapan
perusahaan atau rumah sakit dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan yang selalu berubah.[6]
Oleh karena itu , Penentuan strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit harus didasarkan atas analisis lingkungan dan internal perusahaan atau rumah sakit melalui analisis keunggulan dan kelemahan
perusahaan dan rumah sakit,
serta analisis kesempatan dan ancaman yang dihadapi perusahaan atau instansi kesehatan dari lingkungannya.
Strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang digerakkan pelanggan atau klien, dimulai dengan memilih pelanggan atau klien mana yang akan dilayani dan memutuskan
proposisi nilai yang dapat melayani pelanggan atau klien sasaran dengan sangat baik.
Definisi yang paling sederhana mengenai pemasaran adalah
proses mengelola hubungan pelanggan yang menguntungkan.
Didefinisikan secara luas, pemasaran adalah proses sosial
dan manajerial dimana pribadi atau organisasi memperoleh apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran nilai dengan yang lain.
Dalam konteks bisnis yang lebih sempit, pemasaran
mencakup menciptakan hubungan pertukaran muatan nilai dengan pelanggan yang
menguntungkan. Karena itu, kita mendefinisikan pemasaran (marketing) sebagai
proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi pelanggan dan membangun
hubungan yang kuat dengan pelanggan, dengan tujuan menangakap nilai dari
pelanggan sebagai imbalannya.[7]
Di
bidang kesehatan, konsep pemasaran telah di terapkan di berbagai negara untuk
berbagai program. Indonesia telah menggunakan pendekataan ini dalam
penanggulangan diare melalui rehidraksi oral, imunisasi, penanggulan kekurangan
vitamin A, keluarga berencana dan lainnya.
Pengertian
pemasaran seringkali dikacaukan dengan penjualan. Padahal kedua konsep
hal tersebut sangat berbeda. Penjualan bertolak dari produk yang telah di
buat, kemudian diupayakan untuk dijual pada konsumen. Sedangkan pemasaran
bertolak dari kebutuhan dan keinginan konsumen, kemudian baru dibuat atau di
kembangkan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen itu.
Pemasaran
di definisikan sebagai suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan
kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan,
menawarkan, dan bertukar sesuaru yang bernilai satu sama lain. Definisi ini
berdasarkan konsep inti pemasaran, yaitu; kebutuhan, keinginan, dan permintaan;
produk; nilai, biaya, dan kepuasan; pertukaran, transaksi, dan hubungan; pasar
serta pemasar dan calon pembeli.
Menurut
Lesser Robert (1978), definisi strategi ialah suatu rencana yang fundamental
untuk mecapai tujuan perusahaan.
Strategi
pemasaran menurut Tull dan Kotler, (1990) dalam Tjiptono, (1997) adalah alat fundamental
yang diciptakan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan mengembangkan
keunggulan bersaing yang berkesinambungan melalui pasar yang dimasuki dan
program pemasaran yang digunakan untuk melayani pasar sasaran tersebut.
Beberapa strategi pemasaran jasa pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan yaitu :
Beberapa strategi pemasaran jasa pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan yaitu :
- Pemasaran intern.
Dalam bisnis jasa pelayanan kesehatan, kualitas jasa tidak dapat dipisahkan dari mutu yang
menyediakan jasa. Dengan demikian kontak antara si penyedia jasa kesehatan dengan kliennya sangatlah diperlukan. Pemasaran
intern ialah menerapkan teori dan praktek pemasaran terhadap orang yang melayani klien/langganannya,
jadi harus dipekerjakan dan dipelihara tenaga kerja yang terbaik serta mereka
harus bekerja untuk
melayani sebaik mungkin
- Memikat langganan.
Pada rumah sakit/perusahaan,
jasa selera klien secara individual pada kunjungan yang pertama sangat
diperhatikan. Untuk itu, satu kunci strategi bagi instansi rumah sakit/pengusaha-pengusaha jasa pelayanan
adalah menentukan situasi lingkungan dengan didasari oleh penyesuaian dengan
klien dan standarisasi harus dilakukan.
- Mengelola bukti berarti
mengelola peralatan yang menghasilkan jasa.
Jasa pelayanan biasanya sulit di nilai dibandingkan dengan barang
yang berwujud. Sifat tidak berwujud dari jasa, mendorong klien untuk
memperhatikan benda berwujud yaitu yang memberikan layanan kesehaan (petugasnya) sebagai patokan terhadap kualitas jasa
tersebut. Untuk itu, perlu diupayakan sedemikian rupa agar petugas kesehatan dapat memberikan jasa yang memuaskan bagi klien.
- Membuat jasa berwujud. Istilah
berwujud mempunyai dua arti yaitu tidak dapat diraba dan tidak dapat
diamati.
Dengan demikian
keuntungan biasanya dapat diperoleh dengan membuat jasa menjadi lebih berwujud. Misalnya, seorang petugas rumah
sakit membuat klien lebih mudah memahami apa yang diberikan oleh pihak rumah
sakit dengan direlevankan melalui kata-kata berwujud, misalnya “anda berada
dalam tangan yang tepat bersama kami”.
- Menyeimbangkan permintaan dan
penawaran.
Karena jasa adalah
performan, maka jasa sifatnya tidak dapat disimpan (digudangkan). Sehingga,
salah satu masalah krusial yang sulit dihadapi oleh kepala rumah sakit/pengusaha
jasa ialah bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan klien dan pelayanan klien. Untuk itu perlu
dirubah pola pikir dan paradigma jasanya dengan cara:
memperbanyak jenis penawaran dan pelathan, serta menjalani seleksi bagi pemberi jasa.
Beberapa hal yang dapat
menimbulkan kegagalan dalam pemasaran jasa pelayanan adalah
:
- Kesenjangan harapan klien dan
persepsi manajemen.
- Kesenjangan manajemen dengan
kualitas jasa pelayanan.
- Kesenjangan
kualitas jasa dengan penyampaian jasa.
- Kesenjangan
penyampaian jasa dengan komunikasi eksternal.
- Kesenjangan jasa yang dialami /
dipersiapkan dengan jasa yang diharapkan.
Strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang digerakkan pelanggan atau klien, dimulai dengan memilih pelanggan atau klien mana yang akan dilayani dan memutuskan
proposisi nilai yang dapat melayani pelanggan sasaran dengan sangat baik. Strategi ini terdiri dari empat langkah:
1.
Segmentasi pasar dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit
Segmentasi pasar adalah tindakan membagi pasar menjadi
kelompok pembeli berbeda dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda
yang mungkin memerlukan produk atau bauran pemasaran terpisah.
Segmentasi pasar dimaksudkan sebagai kegiatan
membagi suatu pasar kedalam kelompok-kelompok berbeda. Masing-masing
kelompok terdiri dari konsumen dan klien
yang mempunyai ciri atau sifat yang hampir sama setiap kelompok konsumen atau
klien dapat di pilih sebagai suatu pasar sasaran pelayanan kesehatan yang akan
di capai dengan strategi yang berbeda. Jadi, segmentasi pasar merupakan suatu strategi
pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit yang di lakukan dengan sadar
dan sengaja untuk membagi pasar ke dalam bagian-bagian, sebagai dasar untuk
membina bagian-bagian tertentu guna untuk di jadikan pasar sasaran yang akan di
layani.[8]
Pengertian Segmentasi Pasar Terdapat sejumlah
definisi yang dikemukakan oleh para penulis marketing tentang pengertian/arti
dari segmentasi pasar itu sendiri antara lain sebagai berikut :
Menurut Philip
kotler, segmentasi pasar adalah tindakan untuk membagi suatu pasar kedalam
kelompok pembeli yang berbeda, yang mungkin memerlukan produk dan marketing mix
yang berbeda.
Menurut E.Jerome Mc
Carthy, segmentasi pasar adalah proses mengidentifikasi sub-sub pasar yang
lebih homogeny atau mengidentifikasi bagian-bagian yang ada dalam suatu pasar
dan mengembangkan bauran pemasaran yang sesuai.
Menurut Wendel R.
Smith, segmentasi pasar adalah pembagian dari pasar secara keseluruhan dalam
kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan dan cirri-ciri konsumen.
Selain pendapat diatas tentang segmentasi pasar masih terdapat bebrapa pendapat
lain yaitu :
Selain pendapat diatas tentang segmentasi pasar masih terdapat bebrapa pendapat
lain yaitu :
Swastha & Handoko
(1997) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai kegiatan membagi–bagi
pasar/market yang bersifat heterogen kedalam satuan–satuan pasar yang bersifat
homogeny.
Pride & Ferrel
(1995) mengatakan bahwa segmentasi pasar adalah suatu proses membagi pasar ke
dalam segmen-segmen pelanggan potensial dengan kesamaan karakteristik yang
menunjukkan adanya kesamaan perilaku pembeli. Di lain pihak Pride & Ferrel
(1995) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai suatu proses pembagian pasar
keseluruhan menjadi kelompok–kelompok pasar yang terdiri dari orang–orang yang
secara relatif memiliki kebutuhan produk yang serupa .
Dari
definisi-definisi para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa, yang disebut
dengan segmentasi pasar adalah proses yang dilakukan oleh perusahaan/pelayanan kesehatan
di rumah sakit dalam menetapkan pasar suatu produk atau jasa ke dalam beberapa
segmen/kelompok, Dengan ditetapkannya segmentasi pasar, maka system pemasaran
pada perusahaan/pelayanan kesehatan di rumah sakit akan lebih terarah, efektif
dan efisien sehingga dapat memberikan tingkat kepuasan pelayanan kepada
konsumen.
Dari uraian dan
definisi diatas maka dapat diketahui bahwa analisa segmentasi pasar, merupakan
inti dari strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit
menyangkut dua kegiatan yaitu :
a. Pemilihan pasar yang akan dijadikan sasaran
penjualan dimana suatu kegiatan yang menetukan kemampuan untuk mengukur secara
efektif kesempatan penjualan di berbagai segmen pasar.
b. Pemilihan marketing mix yang tepat, suatu kegiatan
yang memerlukan kemampuan untuk menilai kebutuhan berbagai segmen pasar yang
berlainan.
Ø
Syarat segmentasi
pasar
1. Dapat diukur (measurable), baik besarnya maupun
luasnya serta daya beli segmen pasar tersebut.
2. Dapat dicapai atau di jangkau (acessible). Sehingga
dapat di layani secara efektif.
3. Cukup luas (subtantial). Sehinga dapat menguntungkan
jika dilayani.
4. Dapat dilaksanakan (actionable). Sehingga semua
program yang telah di susun untuk menarik dan dilayani segmen pasar itu dapat
efektif.
Ø
Segmentasi atas
jenis/tipe pasar
1. Pasar konsumen
Pasar
ini terdiri dari perorangan atau rumah tangga yang membeli atau memperoleh
produk (barang/jasa) untuk dikomsumsi atau dipakai sendiri dan tidak untuk di
perdagangkan hal ini dapat berupa kebutuhan di bidang kesehatan.
Dasar-dasar
Mengadakan Segmentasi Pasar pelayanan kesehatan di rumah sakit dengan Berdasarkan Karakteristik Konsumen.
Adapun
variable yang digunakan untuk mensegmentasikan pasar yang didasarkan pada
karakteristik konsumen pelayanan kesehatan dapat dibedakan menjadi tiga bagian
yaitu:
a. Segmentasi Geografis.
Segmentasi geografis
(geographic segmentation) membutuhkan pembagian pasar terhadap pelayanana kesehatan menjadi unit geografis yang berbeda seperti, Negara,
wilayah, Negara bagian, daerah, kota, bahkan lingkungan sekitar. Suatu
perusahaan atau
instansi penyedia pelayanan kesehatan
mungkin memutuskan untuk beroperasi di satu atau beberapa wilayah geografis,
atau beroperasi diseluruh wilayah tetapi memberi perhatian pada perbedaan
geografis dalam kebutuhan dan keinginan. Saat ini banyak perusahaan atau instansi-instansi kesehatan
yang menetapkan lokasi
produk, iklan, promosi, dan usaha penjualan mereka untuk memenuhi kebutuhan
wilayah, kota, atau bahkan lingkungan individual.
b. Segmentasi Demografis.
Segmentasi demografis
(demographic segmentation) membagi pasar pelayanan kesehatan rumah sakit, menjadi kelompok berdasarkan variable seperti usia,
jenis kelamin, ukuran keluarga, siklus hidup keluarga, pendapatan, pekerjaan,
pendidikan, agama, ras, generasi, dan kebangsaan. Factor demografis adalah
pasar pelayanan kesehatan di rumah
sakit, paling umum yang
digunakan untuk menetapkan segmentasi kelompok pelanggan atau klien. Salah satu alasannya adalah bahwa tingkat variasi
kebutuhan, keinginan, dan penggunaan konsumen kesehatan
saring berhubungan erat dengan variable demografis.alasan lainnya adalah bahwa
variable demografis lebih mudah diukur daripada kebanyakan tipe variable
lainnya. Sekalipun segmen pasar pelayanan kesehatan di rumah sakit, mula-mula didefinisikan dengan dasar lain, seperti pencarian manfaat atau perilaku,
karakteristik demografis mereka harus diketahui untuk menilai ukuran pelayanan kesehatan terhadap
klien sasaran dan mencapai
pasar sasaran itu secara efisien.
• Usia dan tahap siklus hidup.
Bebrapa perusahaan, atau instansi kesehatan seperti
rumah sakit, menggunakan
segmentasi usia dan siklus hidup (age and life cycle segmentation), menawarkan
produk yang berbeda atau menggunakan pendekatan pemasaran yang berlainan bagi
kelompok usia dan siklus hidup yang berbeda.
• Jenis kelamin.
Segmentasi jenis kelamin
(gender segmentation) telah sejak lama digunakan dalam produk pakaian,obat-obatan,peralatan medis, kosmetik, higienis, dan majalah.
• Pendapatan.
segmentasi pendapatan
(income segmentation) telah digunakan sejak lama oleh pemasar produk dan jasa pelayanan kesehatan,obat-obatan, fasilitas kesehatan, peralatan medis, kosmetik, jasa keuangan, dan perjalanan. Banyak
perusahaan dan
instansi rumah sakit,
menargetkan konsumen atau klien memiliki kepuasan baik dalam
pelayanan maupun dalam pemenuhan hak dan kewajiban, dan jasa tenaga medis.
• Penghasilan.
Segmentasi menurut
penghasilan pelayanan
kesehatan dalam suatu instansi kesehatan seperti rumah sakit, merupakan praktik lain yang bertahan lama dalam jenis-jenis
barang dan jasa, seperti, fasilitas kesehatan, peralatan medis, tenaga medis,obat-obatan dan perjalanan. Namun, penghasilan tidak selalu
menjadi peramal pelanggan atau klien tarbaik bagi produk
tertentu. Tenaga ada diantara pembeli pertama televise berwarna.
Mereka menganggap lebih murah untuk membeli televise daripada pergi ke bioskop
dan restoran.
• Kelas social.
Kelas social memiliki
pengaruh kuat terhadap preferensi seseorang atas pelayanan kesehatan, seperti, pelayanan pengobatan, fasilitas, aktivitas berkelanjutan dalam kesehatan, kualitas medis, dan pembiayaan kesehatan. Banyak perusahaan atau instansi kesehatan, merancang produk dan jasa bagi kelas social tertentu.
Selera kelas social dapat berubah seiring dengan berjalannya waktu.
c. Segmentasi Psikografis.
Segmentasi
psikografis (psychographic segmentation) membagi pasar pelayanan kesehatan menjadi suatu kelompok berbeda berdasarkan pada
karakteristik kelas social, gaya hidup, atau karakteristik kepribadian
orang-orang dalam kelompok demografis yang sama bisa memiliki komposisi
psikografis yang sangat berbeda. Hasilnya, pemasar sering menetapkan segmen
pasar mereka melalui gaya hidup konsumen dan mendasarkan strategi pemasaran
dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit maka dari itu mereka memilih berdasarkan
penampilan gaya hidup.
d. Segmentasi Perilaku/tingkah laku.
Segmentasi perilaku
(behavioral segmentation) mengelompokkan klien,pembeli
menjadi kelompok berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan, atau respons
terhadap sebuah produk dan jasa. Banyak pemasar
percaya bahwa variable perilaku adalah titik awal terbaik untuk membangun
segmen pasar dalam
pelayanan kesehatan di suatu instansi kesehatan. Sedangkan
pembagian/pengelompokkan segmentasi yang didasarkan pada respons konsumen,klien. segmentasi ini mengelompokkan klien berdasarkan pada pengetahuan, sikap, penggunaan atau
reaksi mereka terhadap suatu produk , yaitu meliputi:
Ø
Segmentasi benefit.
bahwa manfaatlah yang
dicari klien, konsumen,
dari produk dan jasa
dari pelayanan kesehatan di rumah sakit, yang akan mereka pilih.Manfaat menjadi alasan utama yang mendasari mereka untuk membeli
produk, dan penggunaan jasa pelayanan kesehatan
di rumah sakit, oleh karena itu industry
perpelayanan kesehatan di rumah sakit yang
baik akan menjadi perhatian dan kesan
tersendiri di hati masyarakat.
Ø
Segmentasi
penggunaan.
memfokuskan
pada tipe dan batasan penggunaan, seperti heavy users, medium users, occasional
users, ataupun non users bagi jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.
Ø
Segmentasi respons
promosional.
Promosi yang merupakan bagian dari pemasaran sudah pasti berbeda dengan promosi perusahaan umum yang mempunyai tujuan mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya.
Promosi rumah sakit harus selalu penuh
kejujuran.konsumen dalam pelayanan rumah sakit selalu mempunyai pilihan yang
sempit dan sangat tergantung kepada rumah sakit dan dokter.sifat hakiki ini
harus dimiliki.[9]
Ø
Segmentasi loyalitas dan kesetiaan.
Dimana konsumen akan dibagi menjadi empat kategori
menurut loyalitasnya kepada suatu merek atau kepada suatu instansi kesehatan,
yaitu setia terhadap satu merek atau instansi rumah sakit tertentu apapun
bentuk model dan harga pembiayaannya(hard-core loyals); setia terhadap satu
atau tiga merek atau instansi rumah sakit tertentu (soft-core loyals);
menggilir atau memakai secara bergantian merek atau instansi rumah sakit yang
disukai (shijting loyals); serta konsumen atau klien yang tidak loyalitas tidak
terpaku pada satu instansi rumah sakit tertentu, sehingga ia dapat dengan mudah
berpindah dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang mampu memberikan
pencapaian nilai kepuasan).
e. Segmentasi jasa,
Bagi
para karyawan di bagian pendukung jasa yang tidak dilatih dalam aspek hubungan jasa manusia dari pekerjaanya
juga diikutkan dalam program hubungan tamu. Program tersebut membantu para
karyawan untuk mengetahui perhatian yang biasanya ditunjukkan kepada, klien selama mereka dirawat di rumah sakit dan
membantu mereka dalam memberikan respons yang tepat terhadap perhatian
tersebut.
Salah
satu teknik strategi
pelayanan kesehatan rumah sakit
yang dikembangkan dan ditanamkan kepada tenaga medis, adalah sikap mental positif, membangun keyakinan
diri, menumbuhkan rasa ingin memperhatikan klien dan memberikan informasi
kepada mereka tentang bagimana layanan rumah sakit, dan saat berhubungan dengan
klien, dapat menjadi pendengar yang baik, mengatasi keberatan, dan menjadi contoh
bagi rekan sekerjanya.[10]
Kelemahan
lainnya adalah tidak adanya pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
dilaksanakan secara bersama-sama dengan pihak lain di luar bidang kesehatan
(satu kesatuan). Padahal bila hal ini dilakukan (bekerja sama dengan bidang
pariwisata misalnya) akan lebih cepat mencapai jangkauan yang lebih luas. Dan
tidak mustahil kita dapat memenangkan persaingan diera pasar bebas. Untuk ini
diperlukan kesadaran, komitmen, dukungan, dan kerjasama yang kuat serta
berkesinambungan dari berbagai pihak.
Selain
itu, dalam melaksanakan pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit guna
menciptakan image positif masyarakat, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Kepuasan
klien lebih baik dari pada memberikan pelayanan. Hal ini sangat mendasar
sekali, karena bila fokus yang berlebihan ditujukan pada layanan klien
akan melupakan focus utama yaitu dapat memuaskan klien, baik di dalam
maupun di luar organisasi.
- Kemudahan
bagi klien dalam bekerja sama dengan para petugas rumah sakit. Dengan
demikian tidak ada kata tidak berhasil/gagal bila didapatkan klien yang
sulit diajak bekerja sama.
- Menumbuhkan
motivasi dengan umpan balik dari klien (bersikap terbuka bila di kritik
klien). Dengan demikian kita dapat mengetahui seberapa baik hasil kerja
kita.
- Menjaga
kesinambungan hubungan dengan klien.
- Komitmen
dan dukungan yang kuat dari system yang ada dan jajaran pimpinan guna
mendukung peran pemasaran.
Akan
tetapi, sifat rumah sakit yang sangat kompleks dan memiliki tanggung jawab
moral atas keselamatan jiwa manusia, juga merupakan salah satu dasar bahwa
pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit harus sesuai dengan kebijakan
negara/pemerintah (Kotler, 1987, Aniroen, 1993, Douglas, 1989). Kebijakan
pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini menurut Budiarso (1995)
antara lain :
- Pemasaran
hendaknya tidak terlepas dari tujuan pembangunan kesehatan, dasar kode
etik kedokteran, etika rumah sakit Indonesia (ERSI) dan ketentuan hokum.
- Pemasaran
diterapkan agar utilitas rumah sakit meningkat, meluaskan cakupan dan
member kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan penduduk.
- Pemasaran
rumah sakit harus dilakukan secara benar dan tidak boleh disamakan dengan
usaha-usaha umum, hindari supply created demand.
- Pemasaran
yang diperkenankan adalah:
- Advertensi
melalui majalah kedokteran, buku telpon dengan informasi fasilitas yang
tersedia tanpa berkaitan dengan kegiatan bisnis yag bersifat mengajak,
mempengaruhi, memaksa dan menakut-nakuti pemakaian jasa
- Publisitas
diperkenankan dalam bentuk brosur/liflet serta penawaran khusus untuk
peralatan baru tanpa ajakan atau bujukan yang mempengaruhi untuk mencoba.
- Cara
pemasaran yang diperbolehkan pada dasarnya tidak bertentangan dengan kode
etik profesi dan jabatan
v
Persyaratan Untuk
Segmentasi Efektif .
Menurut
Drs. Basu Swatha D.H & Drs. Irawan MBA, bahwa segmen pasar yang menarik dan
bermanfaat, segmen pasar harus:
1)
Measurable (Terukur).
Ukuran daya beli, atau daya minat klien dalam
penggunaan jasa pelayanan kesehatan dan profil segmen dapat diukur. Variable
segmentasi tertentu sulit diukur.
2) Accessible (dapat diakses).
2) Accessible (dapat diakses).
Artinya segmen pasar pelayanan kesehatan pada
instansi rumah sakit,
bisa dijangkau dan klien dilayani dengan
efektif dan efisien dan tenaga
perawat/medis dapat bekerja secara profesional.
3) Substansial (banyak).
3) Substansial (banyak).
Segmen pasar pelayanan kesehatan cukup besar atau menguntungkan untuk klien dan tenaga medis, baik
bagi yang dilayani maupun yang melayani. Sebuah segmen herus merupakan kelompok homogeny
berukuran sebesar mungkin yang layak dikejar dengan program pemasaran yang
disesuaikan.
4) Differentiable (dapat dibedakan).
Segmen pelayanan kesehatan di rumah
sakit dapat dibedakan
secara konseptual dan direspons secara berbeda terhadap elemen dan program
bauran pemasaran yang berbeda.
5) Actionable (dapat dilayani).
Program pelayanan kesehatan yang telah
di planning oleh pihak instansi penyedia pelayanan kesehatan yang efektif bisa dirancang untuk menarik klien dan melayani segmen klien.
4. Prosedur dan Proses Segmentasi Pasar.
Menurut Kotler (2003)
bahwa prosedur segmentasi ada tiga tahap yaitu:
a. Survey stage.
a. Survey stage.
merupakan tahap untuk
melakukan eksplorasi baik melalui focus group discussion atau dengan wawancara
terhadap beberapa kelompok konsumen untuk memperoleh keterangan mengenai
motivasi, sikap dan perilaku masyarakat.
b. Analisis stage.
b. Analisis stage.
merupakan tahap
analisis terhadap informasi yang telah diperoleh melalui survey dengan
menerapkan analisis factor untuk menelaah variable-variabel mana yang
berkolerasi tinggi kemudian menerapkan analisis cluster untuk menciptakan atau
mengetahui kelompok-kelompok pasar yang secara signifikan memiliki perbedaan
karakteristik.
c. Profiling stage.
c. Profiling stage.
Merupakan tahap untuk mengidentifikasi profil
masing-masing cluster yang terbentuk. Dengan teridentifikasi perbedaan
masing-masing cluster berdasarkan sikap dan perilaku, demografi, psikografi, manfaat
atau value yang diharapakan dari sebuah produk, kemudian masing-masing cluster
diberi nama berdasarkan karakteristik yang menonjol.
5. Manfaat-Manfaat Segmentasi Pasar.
5. Manfaat-Manfaat Segmentasi Pasar.
Menurut Weinstein
(1994), secara umum segmentasi bermanfaat untuk meningkatkan posisi kompetisi
perusahaan dan memberikan pelayanan yang lebih baik kepada konsumen. Adapun
manfaat yang dikemukakan Weinstein terperinci ada empat manfaat yaitu:
a. Designing responsive products to meet the needs of the marketplace.
a. Designing responsive products to meet the needs of the marketplace.
Perusahaan/ instansi kesehatan menempatkan konsumen/klien
sebagai yang utama, kemudian mendesain dan menyeleksi produk dan jasa untuk kepuasan konsumen/klien.
b. Determining effective and cost efficient
promosional strategis.
Alat identifikasi dan
analisa yang berharga untuk mengembangkan communication mix, sehingga dapat
dipilih alat promosi yang sesuai untuk menargetkan pada media yang tepat.
c. Evaluating market competition in particular the companys market position.
c. Evaluating market competition in particular the companys market position.
Riset segmentasi
menyediakan a competitive intelegence mechanism untuk mengakses dan
membandingkan perusahaan/instansi kesehatan
agar sesuai dengan standart.
d. Providing insight on present marketing strategis.
Segmentasi sangat
penting untuk melakukan evaluasi secara period terhadap marketing strategi
perusahaan atau
instansi rumah sakit saat ini dengan cara
memanfaatkan peluang baru dan menghindarkan dari adanya potensi terhadap
ancaman .
2.
Pasar produsen
Pasar ini terdiri dari perorangan atau organisasi yang
membeli atau memperoleh produk
(barang/jasa) untuk di gunakan dalam proses produksi atau operasi lebih
lanjut, yang kemudian hasilnya dijual atau disewakan kepada pihak lain.
3.
Pasar pedagang
Pasar ini terdiri dari perorangan atau organisasi yang
biasa disebut pedagang perantara, yaitu dialer dan distributor.
4.
Pasar pemerintah
Pasar
ini terdiri dari instansi pemerintah, yang membeli atau menyewa produk untuk
membantu atau melaksanakan fungsi operasional dalam pemerintahan.
Penetapan target pasar (Targetting)
Targeting
atau menetapkan target pasar adalah tahap selanjutnya dari analisis segmentasi.
Produk dan jasa dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu
beberapa segmen pasar pelayanan kesehatan rumah sakit yang akan menjadi focus
dalam kegiatan-kegiatan pemasaran pelayanan klie, atau dapat diartikan bahwa
targeting adalah proses penyeleksian produk dan baik barang maupun jasa atau
pelayanan medis terbaik sehingga benar-benar berada posisi yang terbaik guna
mencapai keberhasilan perusahan, instansi rumah sakit. Selain pengertian
tersebut, ada beberapa definisi targeting yang dikemukakan oleh Keegan &
Green (2008) adalah proses pengevaluasian segmentasi dan pemfokusan strategi
pemasaran dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit pada suatu
negara,prpinsi,atau sekelompok orang yang memliki potensi untuk memberikan
respon.
Sedangkan
menurut Kotler & Amstrong (2008) adalah sekelompok pembeli (buyers) yang
memiliki kebutuhan atau karakteristik yang sama yang menjadi tujuan promosi perusahaan.
Dari
pengertian di atas sangatlah jelas bahwa sebuah perusahaan,instansi rumah sakit
setelah mengindentifikasi peluang segmen pasar pelayanan, selanjutnya adalah
mengevaluasi beragam segmen pelayananan tersebut untuk memutuskan segmen mana
yang menjadi target market. Dalam mengevaluasi segmen pasar yang berbeda
perusahaan harus melihat dua factor yaitu daya tarik pasar secara keseluruhan
serta tujuan dan sumber daya perusahaan.
1.
Mengevaluasi
segmen-segmen pasar.
Pada saat
mengevaluasi segmen-segmen yang berbeda, ada tiga factor yang perlu
diperhatikan, yaitu:
a. Pertumbuhan dan besarnya segmen digunakan untuk
memperkirakan gerakan para competitor yang akan menekan profitabilitas rumah
sakit/perusahaan.
b. Daya tarik segmen yang menarik dari segi profitabilitas
(tingkat keuntungan) yang diraih dari segmen yang dipilih.
c. Menyeleksi segmen pasar berdasarkan sumber daya yang
dimiliki pelayanan kesehatan di rumah sakit/perusahaan.
2. Pemilihan pasar
sasaran.
Memilih segmen adalah
menetukan satu atau lebih segmen yang memiliki nilai tinggi bagi rumah sakit/perusahaan.
Dalam pemilihan
segmen data dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Pemasaran serba sama.
a. Pemasaran serba sama.
b. Pemasaran serba neka.
c. Pemasaran terpadu.
Selain itu setiap
perusahaan/pelayanan kesehatan di rumah sakit harus mempertimbangkan beberapa kelima alternative ketika hendak melakukan
pemilihan pasar. Adapaun kelima alternative tersebut, yaitu:.
a. Konsentrasi pada pasar tunggal,atau kebutuhan klien (single segment market service of healt concentration or requiremen of clien).
b. Spesialisasi efektif, yaitu tepat sasaran (selective specialization).
c. Spesialisasi pasar (market specialization).
d. Spesialisasi produk dan jasa
(product specialization and service).
e. Peliputan pasar secara menyeluruh (full market
coverage) .
Penyedia pelayananan medis/Penjual bisa
mengabaikan perbedaan segmen dan menetapkan sasaran secara luas dengan
menggunakan pemasaran tanpa diferensiasi (pemasaran massal).
Pemasaran tanpa
diferensiasi melibatkan produksi massal, distribusi massal, dan promosi massal
tentang produk dan jasa yang sama dalam cara
yang sama untuk semua klien/konsumen.Atau penjual dapat menerapkan pemasaran
terdiferensiasi—mengembangkan penawaran klien/pasar berbeda untuk beberapa segmen.
• Pemasaran Tanpa
Diferensiasi (Mass Marketing)
strategi
cakupan pasar di mana instansi
rumah sakit,perusahaan memutuskan untuk mengabaikan perbedaan
segmen klien/pasar dan mengejar
keseluruhan kebutuhan klien/pasar dengan satu
tawaran pelayanan yang efektif, efisien dan secara
profesional.
• Pemasaran
Terdiferensiasi (Differentiated Marketing)
strategi
cakupan pasar di mana rumah
sakit/perusahaan memutuskan untuk menargetkan beberapa
segmen klien/pasar dan merancang
penawaran pelayanan terpisah bagi
masing-masing segmen.
• Pemasaran
Terkonsentrasi (Concentrated Marketing)
strategi
cakupan pasar di mana rumah
sakit/perusahaan mengejar pangsa besar salah satu atau beberapa segmen atau
ceruk (niche)
• Pemasaran Mikro (Micromarketing)
praktek
penghantaran produk, jasa dan program
pemasaran pelayanan khusus terutama untuk kebutuhan dan
keinginan individual tertentu dan kelompok klien/pelanggan setempat – termasuk pemasaran pelayanan lokal dan pemasaran pelayanan individual.
Menurut Kotler,
Kertajaya, Huan, dan Liu (2003), menyatakan diferensiasi merupakan tindakan
merancang seperangkat perbedaan yang bermakna dalam tawaran perusahaan.
Tawaran tersebut
harus dipersepsikan oleh klien/konsumen sebagai hal
yang berbeda, namun harus benar-benar berbeda dalam hal content, context, dan
infrastrukturnya.
Proses diferensiasi dapat dilakukan dalam tiga tahap (kotler, 2000):
Proses diferensiasi dapat dilakukan dalam tiga tahap (kotler, 2000):
a.
Menemukan model nilai
konsumen,
Instansi
rumah sakit/perusahaan harus membuat
semua daftar produk dan jasa tenaga medisnya yang mempengaruhi
persepsi klien/konsumen yang menjadi target market terhadap value.
b. Membangun hirarki nilai klien/pelanggan,
Instansi
rumah sakit/perusahaan harus
menyusun setiap factor kedalam satu kelompok dari empat kelompok yaitu: basic
(dasar), expected (harapan), desired (keinginan), unanticipated (kejutan)
c. Menemukan sepaket nilai konsumen,
Instansi
rumah sakit/perusahaan harus
memilih kombinasi antara factor yang intangible dan tangible untuk membedakan
dengan pesaing dan menciptakan klien atau konsumen yang loyal.
Adapun tujuan dari
strategi diferensiasi adalah mengembangkan positioning yang tepat sesuai keinginan
konsumen jasa pelayanan kesehatan, potensial yang ingin dituju. Jika klien, pasar melihat perbedaan produk perusahaan disbanding
produk pesaing maka akan lebih mudah mengembangkan marketing mix untuk sebuah
produk.
Perusahaan dapat
melakukan diferrensiasi pada dimensi (Kotler, 2003) yaitu: produk, jasa (
services), sumber daya manusiaa(personal), saluran (channel), dan
citra(image).
1. Diferensiasi produk.
Diferensiasi produk dan adalah kegiatan memodifikasi produk agar menjadi
lebih menarik. Diferensiasi ini memerlukan peneliti yang profesional dalam melihat
fakta permasalahan yang ada di masyarakat, dan klien, yang cukup serius karena agar bisa benar-benar
berbeda, diperlukan pengetahuan tentang produk pesaing, maka dari itu suatu instansi
kesehatan harus mampu menciptakan produk yang baru antara lain menciptakan obat
baru yang sesuai dengan standart dan kebutuhan klien.
Menurut Macmillan
dalam Aaker (1992), dalam sukowatai (2003) perusahaan jasa dapat melakukan diferensiasi melalui inovasi yang
bersifat pre-emptive/strategi yang baru bagi suatu bisnis tertentu dalam jangka
panjang. Karena keterampilan atau asset yang dapat merintangi, mencegah, atau
menghalangi para psaing untuk melakukan duplikasi atau membuat tandingannya.
Keunggulan bersaing yang berkesinambungan adalah kemampuan suatu instansi rumah sakit/perusahaan untuk menciptakan suatu produk yang pada
saat pesaing berusaha untuk menirunya akan selalu mengalami kegaglan secara
signifikan.
Keunggulan bersaing
melalui diferensiasi produk adalah bagaimana instansi rumah sakit/perusahaan dapat menciptakan produk unik yang
memberikan tingkat keuntungan di atas rata-rata yang mampu diraih oleh industry
melalui kombinasi manusia, lingkungan, dan proses.
2. Diferensiasi jasa
Menurut Kotler
(2003), diferensiasi jasa dapat dilakukan pada delivery yaitu bagaiman produk
dan jasa sampai kepada konsumen termasuk dalam hal kecepatan dan keakuratannya.
Installation yaitu bagaimana sebuah produk terpasang dengan baik ditempat
konsumen. Costumer training dan costumer consulting yaitu bagaimana perusahaan
memberikan pengarahan dan mendengarkan keluhan dari konsumen.
3. Diferensiasi sumber daya manusia.
Diferensiasi personal
adalah diferensiasi lewat keunggulan personal, dengan meningkatkan kompetensi
karyawan melalui peningkatan pengetahuan, credibility atau keramahtamahan,
sopan santun dan bersahabat, credibility yaitu dapat dipercaya dan jujur serta
responsivense (cepat tanggap menghadapi pelanggan).
4. Diferensiasi saluran.
Instansi
kesehatan pada sebuah rumah sakit/Perusahaan
melakukan diferensiasi melalui saluran dalam pelayanan kesehatannya yang berkualitas maupun terkait
dengan penjualan produknya yang ia ciptakan sendiri tanpa
ada campur tangan dari pemerintahan.
5. Diferensiasi citra.
5. Diferensiasi citra.
Diferensiasi citra
adalah bauran yang tepat dari elemen pencitraan, yang menciptakan citra sebuah
merek. Proses pencitraan pelayanan kesehatan
harus selalu membangun, memaksimalkan, memanfaatkan dan
mengekploitasikan kekuatan dan kelemahan setiap elemen citra untuk memastikan
bahwa nama rumah sakit/merek itu memiliki prospek yang baik secara terus
menerus.
Setelah instansi rumah sakit/perusahaan memutuskan segmen mana yang
dimasuki, maka suatu rumah sakit/perusahaan harus memutuskan strategi diferensiasi dan positioning-nya
Tugas
diferensiasi dan positioning terdiri dari langkah-langkah:
Ø Mengidentifikasi
sekumpulan kemungkinan diferensiasi yang menciptakan keunggulan kompetitif.
Ø Memilih keuntungan
untuk membangun posisi.
Ø Memilih keunggulan kompetitif
yang tepat.
Ø Memilih keseluruhan
strategi positioning.
Penetuan posisi pasar
bagi produk atau jasa suatu perusahaan/pelayanan kesehatan di rumah sakit
sangat penting. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif
untuk produk atau suatu pasar. Produk atau jasa pelayanan keshatan diposisikan pada posisi yang diinginkan oleh klien,
sehingga dapat menarik minat klien untuk menggunakan, membeli produk/jasa pelayanan
yang ditawarkan. Kegiatan ini dilakukan setelah menentukan segmen mana yang
akan dimasuki dengan cara menentukan dimana posisi mana yang ingin ditempati
dalam segmen tersebut.[11]
Posisi produk dan jasa
pelayanan adalah suatu produk dan jasa yang didefinisikan oleh klien/konsumen atas dasar
atribut-atributnya , misalnya:
• Nama dari suatu isntansi rumah sakit sebagai penetapan image pada klien.
• Pelayanan yang profesional,
berkualitas, sebagai pemberian hak dan kewajiban bagi klien.
• Pelayanan yang efisien, serta efektif dan adanya
pendukung dari fasilitas yang memadai akan menjadi sebagi sebagai kepuasan sekaligus
sebagai kesan yang positif dalam
pemasaran pelayanan kesehatan para
klien .
Adapun definisi
positioning menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Philip kotler (1997),
a. Menurut Philip kotler (1997),
positioning adalah
tindakan yang dilakukan marketer untuk membuat citra produk dan hal-hal yang
ingin ditawarkan kepada pasarnya yang berhasil memperoleh posisi yang jelas dan
mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya.
b. Menurut renald kasali (2003),
positioning adalah
strategi komunikasi untuk memasuki jendela otak konsumen, agar
produk/merek/nama perusahaan/pelayanan kesehatan di rumah sakit mengandung arti
tertentu yang dalam, bebrapa segi mencerminkan keunggulan terhadap
produk/merek/nama lain dalam bentuk hubungan asosiatif.
c. Menurut Fangidae,
positioning adalah
suatu strategi dalam kegiatan pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan
perbedaan, keuntungan, manfaat yang membuat konsumen selalu ingat dengan suatu
produk. Atau sebagai usaha menempatkan informasi sesuatu dalam pikiran orang
dengan terlebih dahulu memberikan informasi tentang segala sesuatu seperti
fasilitas, program yang diberikan, sumber daya manusia yang dimiliki dengan
cara penyuguhan kualitas pelayanan dan bagaimana mempresentasikannya.
Ada tiga langkah
dalam melaksanakan positioning, yaitu:
1. Mengenali keunggulan-keunggulan dalam suatu rumah sakit yang mungkin dapat ditampilkan dalam hubungan dengan
pesaing dengan cara mengadakan perbedaan, yaitu melalui:
a. Diferensiasi
produk.
b. Diferensiasi jasa.
c. Diferensiasi
personal
d. Diferensiasi citra.
2. Memilih keunggulan-keunggulan dalam instansi rumah sakit yang paling kuat menonjol.
3. Menyampaikan keunggulan rumah sakit
itu secara efektif kepada target pasar, klien dan masyarakat luas.[12]
Dalam menentukan
positioning janganlah dilakukan secara sembarangan, akan tetapi perlu dilakukan
strategi yang benar, sehingga posisi pasar yang diinginkan tepat pada
sasarannya. Strategi positioning dapat dilakukan sebagai berikut:.
1. Atas dasar atribut.
2. Kesempatan
penggunaan.
3. Menurut pengguna.
4. Langsung
menghadapi pesaing.
5. Kelas produk.
Menurut kotler,
kertajya, Huan, dan Liu, 2003 ada empat criteria yang dapat dilakukan
perusahaan untuk menentukan positioning..
a. Kajian terhadap
konsumen .
b. Didasarkan atas
kajian pada kapabilitas perusahaaan.
c. Didasarkan atas
kajian pada pesaing.
d. Didasarkan atas
kajian terhadap perubahan yang terjadi dalam lingkungan bisnis.
Positioning pada
hakikatnya adalah menanamkan sebuah persepsi, identitas dan kepribadian didalam
benak klien/konsumen. Agar positioning kuat maka pihak rumah sakit/perusahaan harus selalu konsisten dan tidak berubah.
Karena persepsi, identitas dan kepribadian yang terus menerus berubah akan
menimbulkan kebingungan dibenak klien/konsumen
dan pemahaman mereka akan tawaran pelayanan kesehatan di rumah sakit/perusahaan akan kehilangan focus .
Kepuasan
konsumen/klien merupakan ukuran keberhasilan pemasaran. Dengan kepuasan
tersebut terciptalah suatu image positif dari klien. Untuk mendapatkan image
yang baik tersebut diperlukan suatu hubungan (relationship) dan komunikasi yang
baik.
Kepuasan
adalah suatu fungsi dari perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan
harapan. Ada tiga kepuasan yaitu:
- Bila penampilan kurang dari
harapan, klien tidak puas.
- Bila penampilan sebanding
dengan harapan, klien puas.
- Bila
penampilan melebihi harapan, klien amat puas atau senang.
Namun demikain,
mengukur tingkat kepuasan klien merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah dan
memerlukan kriteria tertentu. Kepuasan klien dapat diukur dari sudut:
- Suara konsumen. Dari sudut ini pengukuran kepuasan
konsumen bersifat kualitatif dan subyektif. Kepuasan konsumen diukur dari
suara-suara konsumen yang dapat berupa kritikan atau keluhan terhadap
strategi atau kegiatan pemasaran produk dan jasa
pelayanan dari rumah
sakit/perusahaan itu. Keadaan ini akan menentukan
tingkat kooperatif atau kerjasama konsumen pelayanan
kesehatan. Makin kooperatif konsumen tersebut, berarti
makin puas pula konsumen terhadap strategi atau kebijakan pemasaran produk dan jasa pelayanan dari rumah sakit/perusahaan
itu.
- Laba
atau keuntungan rumah sakit/perusahaan.
Pengukuran ini bersifat kuantitatif dan obyektif. Makin tinggi tingkat
laba rumah sakit/perusahaan,
makin puas pula konsumen terhadap strategi atau kebijakan pemasaran produk dan jasa pelayanan rumah sakit/perusahaan
itu. Hal ini karena konsumen telah bersedia
menggunakan jasa pelayanan kesehatan maupun
membayar harga produk dan jasa yang
ditetapkan atau membeli produk dalam jumlah besar dan mahal, sebab mereka merasa puas dengan strategi atau
kebijakan pemasaran rumah sakit/perusahaan.
Kepuasan klien rumah
sakit dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yang berhubungan dengan :
- Pendekatan
dan perilaku petugas, perasaan klien terutama saat pertama kali datang.
- Mutu
informasi yang diterima, seperti apa yang dikerjakan, apa yang dapat
diharapkan.
- Prosedur
perjanjian.
- Waktu
tunggu.
- Fasilitas
umum yang tersedia.
- Fasilitas
perhotelan untuk klien seperti mutu makanan, privacy, dan pengaturan
kunjungan.
- Out
come terapi dan perawatan yang diterima
Belum
sepenuhnya tercipta image positif masyarakat terhadap pelayanan kesehatan di
rumah sakit dalam negeri saat ini, merupakan pekerjaan rumah bagi tidak saja
petugas bagian humas/public relation (PR) atau marketing/pemasaran. Tetapi juga
menjadi tanggung jawan bersama semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan di rumah sakit (menjadi satu kesatuan), baik langsung
maupun tidak langsung (mulai dari petugas yang pertama kali menerima klien saat
meninggalkan lingkungan rumah sakit). Yang tidak kalah penting lagi adalah
penampilan dari petugasnya. Seorang petugas rumah sakit di dalam memberikan
pelayanan kesehatan baik langsung maupun tidak langsung harus meyakinkan, dapat
mengerti kebutuhan klien, ramah serta dapat memberikan kenyamanan bagi semua calon
klien dan klien yang datang. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
bagi seorang petugas rumah sakit di dalam memberikan pelayanan kesehatan yaitu
:
- Selalu memancarkan sikap
positif, yang tercermin dari penampilannya yang rapi, bersih, ramah, dan
sopan.
- Selalu mengidentifikasi
kebutuhan klien, dengan bersikap tepat waktu, berada satu langkah di depan
klien dengan cara mengantisipasi kebutuhan klien misalnya menyediakan
sarana untuk menerima keluhan atau masukan klien, memberikan perhatian.
- Selalu
mempersiapkan kebutuhan klien sebelum memberikan pelayanan kesehatan
dengan baik dan cermat, seperti menyiapkan arsip, menjawab telpon,
mengirim/menyampaikan pesan dengan jelas.
- Selalu
mengupayakan klien datang kembali. Dalam hal ini bukan berarti mengharapkan
klien sakit agar datang lagi ke rumah sakit, tetapi berupaya memberikan
kesan positif yang mendalam bagi klien yang di layaninya. Sehingga bila
suatu saat klien atau keluarganya mendapatkan masalah dengan kesehatannya
dan perlu dibawa ke rumah sakit maka yang pertama kali teringat adalah
pengalaman menyenangkan dari petugas-petugas rumah sakit selama mereka
berada di rumah sakit tersebut. Dengan demikian mereka ingin datang lagi
dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang menyenangkan itu.
- Selalu
mengutamakan kepuasan pelanggan, yang terpancar dari sikap ikhlas dan
senang hati di dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien, akui
perasaan klien, jelaskan tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki
masalah, ucapkan terimakasih atas masukan yang diberikan dan minta maaf
atas kejadian yang tidak menyenangkan. Bila klien puas, maka ia akan
menceritakan kepuasannya itu kepada semua orang terdekatnya.
Fakta
yang terjadi pada kelompok masyarakat tertentu yang lebih senang berobat ke
luar negeri, merupakan gambaran dari pemasaran pelayanan kesehatan di rumah
sakit pada Negara lain (Singapura misalnya) telah lebih berhasil menciptakan
image positif, tidak saja bagi masyarakat domestiknya tetapi juga bagi
masyarakat mancanegara. Dan ini semua merupakan buah dari kerja keras yang
dilakukan dengan sungguh-sunggu dan tidak sebentar.
Bagi
para tenaga kesehatan di bagian pendukung jasa yang tidak dilatih dalam aspek
hubungan manusia dari pekerjaanya
juga diikutkan dalam program hubungan klien.
Program tersebut membantu para karyawan kesehatan
untuk mengetahui perhatian yang biasanya ditunjukkan kepada klien selama mereka dirawat di rumah sakit dan
membantu mereka dalam memberikan respons yang tepat terhadap perhatian
tersebut.
Salah
satu teknik yang dikembangkan dan ditanamkan pada diri tenaga kesehatan adalah
sikap mental positif, membangun keyakinan diri, menumbuhkan rasa ingin
memperhatikan klien dan memberikan informasi kepada mereka tentang bagimana
layanan rumah sakit, dan saat berhubungan dengan klien, dapat menjadi pendengar
yang baik, mengatasi keberatan, dan menjadi contoh bagi rekan sekerjanya.
Kelemahan
lainnya adalah tidak adanya pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit yang
dilaksanakan secara bersama-sama dengan pihak lain di luar bidang kesehatan
(satu kesatuan). Padahal bila hal ini dilakukan (bekerja sama dengan bidang
pariwisata misalnya) akan lebih cepat mencapai jangkauan yang lebih luas. Dan
tidak mustahil kita dapat memenangkan persaingan diera pasar bebas. Untuk ini
diperlukan kesadaran, komitmen, dukungan, dan kerjasama yang kuat serta berkesinambungan
dari berbagai pihak.
Selain
itu, dalam melaksanakan pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit guna
menciptakan image positif masyarakat, ada beberapa faktor yang perlu
diperhatikan, yaitu:
- Kepuasan
klien lebih baik dari pada memberikan pelayanan. Hal ini sangat mendasar
sekali, karena bila fokus yang berlebihan ditujukan pada layanan klien
akan melupakan focus utama yaitu dapat memuaskan klien, baik di dalam
maupun di luar organisasi.
- Kemudahan
bagi klien dalam bekerja sama dengan para petugas rumah sakit. Dengan
demikian tidak ada kata tidak berhasil/gagal bila didapatkan klien yang
sulit diajak bekerja sama.
- Menumbuhkan
motivasi dengan umpan balik dari klien (bersikap terbuka bila di kritik
klien). Dengan demikian kita dapat mengetahui seberapa baik hasil kerja
kita.
- Menjaga
kesinambungan hubungan dengan klien.
- Komitmen
dan dukungan yang kuat dari system yang ada dan jajaran pimpinan guna
mendukung peran pemasaran.[13]
Akan
tetapi, sifat rumah sakit yang sangat kompleks dan memiliki tanggung jawab
moral atas keselamatan jiwa manusia, juga merupakan salah satu dasar bahwa
pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit harus sesuai dengan kebijakan
negara/pemerintah (Kotler, 1987, Aniroen, 1993, Douglas, 1989). Kebijakan
pemasaran pelayanan kesehatan di rumah sakit saat ini menurut Budiarso (1995)
antara lain :
- Pemasaran
hendaknya tidak terlepas dari tujuan pembangunan kesehatan, dasar kode
etik kedokteran, etika rumah sakit Indonesia (ERSI) dan ketentuan hokum.
- Pemasaran
diterapkan agar utilitas rumah sakit meningkat, meluaskan cakupan dan
member kontribusi terhadap peningkatan derajat kesehatan penduduk.
- Pemasaran
rumah sakit harus dilakukan secara benar dan tidak boleh disamakan dengan
usaha-usaha umum, hindari supply created demand.
- Pemasaran
yang diperkenankan adalah:
- Advertensi
melalui majalah kedokteran, buku telpon dengan informasi fasilitas yang
tersedia tanpa berkaitan dengan kegiatan bisnis yag bersifat mengajak,
mempengaruhi, memaksa dan menakut-nakuti pemakaian jasa
- Publisitas
diperkenankan dalam bentuk brosur/liflet serta penawaran khusus untuk
peralatan baru tanpa ajakan atau bujukan yang mempengaruhi untuk mencoba.
- Cara
pemasaran yang diperbolehkan pada dasarnya tidak bertentangan dengan kode
etik profesi dan jabatan
BAB III
PENUTUP
Segmentasi
pasar merupakan salah satu cara yang tepat bagi sebuah perusahaan yang ingin
memberikan pelayanan lebih baik bagi para konsumennya,karena pelanggan
potensial dengan kesamaan karakteristik yang menunjukkan adanya kesamaan
perilaku pembeli sudah terbagi ke dalam segmen-segmen tertentu,sehingga
memudahkan perusahaan mengalokasikan uang dan usahanya ke pasar potensial yang
paling menguntungkan, merencanakan produk yang dapat memenuhi permintaan pasar
serta menentukan cara-cara promosi yang paling tepat bagi perusahaan.
Terdapat
empat langkah utama yang dilakukan sebuah perusahaan/ pelayanan kesehatan di
rumah sakit dalam merancang strategi pemasaran dalam pelayanan kesehatan di
rumah sakit yang digerakkan oleh pelanggan. Dalam dua langkah pertama,
perusahaan memilih pelanggan yang akan dilayaninya. Segmentasi Pasar (Market
Segmentation) mencakup pembagian pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli yang
lebih kecil dengan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku berbeda yang mungkin
memerlukan produk/bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan mengidentifikasi
berbagai cara untuk melakukan segmentasi pasar dan mengembangkan profile segmen
pasar yang dihasilkan. Penetapan Target Pasar (Market Tergeting) (atau
Penetapan Sasaran) terdiri dari mengevaluasi masing-masing daya tarik segmen
pasar dan memilih satu atau lebih segmen pasar untuk dimasuki.
Diferensiasi
(Differentiation) mencakup mendiferensiasikan penawaran pasar perusahaan yang
sesungguhnya untuk menciptakan nilai pelanggan yang unggul. Positioning terdiri
dari pengaturan penawaran pasar untuk menduduki tempat yang jelas, berbeda, dan
diinginkan dibandingkan produk pesaing dalam fikiran konsumen sasaran.
Dengan mengucap
syukur alhamdulillah kehadirat Allah swt, yang telah memberikan rahmat kepada
pemakalah sehingga dalam penyusunan makalah ini dapat terselesaikan dengan
baik, sebagai uaraian akhir dari karya tulis ini, penyusun tidak lupa
mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu, memberi
bimbingan dan arahan kepada penyusun sehingga selesailah penyusunan makalah
ini. Dan semoga amal yang telah diberikan oleh semua pihak, diterima disisi
Allah swt, dan semoga bermanfaat bagi kita semua, amiiin…..
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prof.Dr.Sofjan Assauri,M.B.A, Manajemen Pemasaran,Pt Raja Grafindo Persada,
Jakarta,2014.
Cet.ke, 13.
2.
Al-Arif,
M Nur Tianto, “Dasar-dasar Pemasaran Pelayanan kesehatan di rumah sakit
Syariah”, Alfabeta,
Bandung: 2010. Cet ke-1
3.
Angipora P, Marius.
“Dasar-Dasar Pemasaran”, PT Rja Grafindo Persada, Jakarta: 2002.
Cet.
Ke-2
4.
Kasmir, “ Strategi Pemasaran
Pelayanan kesehatan di rumah sakit”, Kencana, Jakarta:
2004.
5.
Kasali, Renald,
“Membidik Pasar kesehatan Indonesia (Segmentasi, Targeting,
Positioning)”,
PT Gramedia, Jakarta:2003. Cet. Ke-3
6.
Kotler, Philip, dan
Kevin lane keller, “Manajemen Pemasaran”, Pearson education, New
Jersey:
2006
7.
Kotler, Philip,
“Prinsip-prinsip Pemasaran”, Erlangga, Jakarta:
8.
Herlina. 2011. Buku
Panduan pemasaran Sosial; BAB IV :
Langkah-langkah dalam
Mengembangkan Kegiatan Pemasaran Kesehatan dan Sosial.
Fakultas Ilmu Kesehatan UMPAR
9.
Prasetya, Ikha.
Minggu, 05 Februari 2012. Langkah-Langkah
Dalam Mengembangkan
Kegiatan Pemasaran Sosial. Google.
10. Defriano. Rabu, 4 April 2012. Pemasaran Sosial Dalam Promosi
Kesehatan. Google
11.
Winarsih, Luluk.
Minggu, 05 Juni 2011. Langkah-Langkah
Dalam Mengembangkan
Kegiatan Pemasaran Sosial. Google
12.
Cv.Syasa Pratama
Group. Kamis, 24 Februari 2011. Komunikasi
Kesehatan
Masyarakat Sebagai Intervensi Perubahan Perilaku. Google
13. http://www.pemasaran
kesehatan.co.id.
16. http://www.manajemen strategi kesehatan.co.id.
[1] http://www.manajemen strategi kesehatan.co.id,
Di Akses pada tgl, 17 oktober 2015, pukul,08.26, WITA.
[2] http//:www.Argumentasi
Presiden RI Tentang Kesehatan.com, di akses pada tgl,16 oktober 2015, pukul,
22.02, WITA.
[3] Al-Arif, M Nur Tianto, “Dasar-dasar
Pemasaran Pelayanan kesehatan di rumah sakit Syariah”, Alfabeta, Bandung:
2010. Cet ke-1.
[4] kotler, Philip, dan
Kevin lane keller, “Manajemen Pemasaran”,
Pearson education, New Jersey: 2006
[7] Prof.Dr.Sofjan
Assauri,M.B.A, Manajemen Pemasaran,Pt
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014. Cet.Ke, 13.
[8] Angipora P, Marius. “Dasar-Dasar Pemasaran
kesehatan”, PT Rja Grafindo
Persada, Jakarta: 2002. Cet. Ke-2
[9] Defriano. Rabu, 4 April 2012. Pemasaran Sosial Dalam Promosi Kesehatan.http//:www.pemasaran kesehatan.com
[10] Herlina. 2011. Buku
Panduan pemasaran
kesehatan dan Sosial; BAB IV : Langkah-langkah dalam Mengembangkan
Kegiatan Pemasaran Sosial. Fakultas Ilmu Kesehatan UMPAR
[11] Kasali, Renald, “Membidik Pasar
kesehatan Indonesia (Segmentasi, Targeting, Positioning)”, PT Gramedia, Jakarta:2003. Cet. Ke-3
[12] http://www.pemasaran
kesehatan.co.id. Di akses pada tanggal, 18 oktober
2015, Pukul, 08.35. WITA.
[13] Herlina. 2011. Buku
Panduan pemasaran
Kesehatan dan Sosial; BAB IV : Langkah-langkah dalam Mengembangkan
Kegiatan Pemasaran Sosial. Fakultas Ilmu Kesehatan UMPAR
Komentar
Posting Komentar